AdSense

Cingcau indah di bulan Ramadhan mengalami pemurunan


SRBN,BOGOR - Kaleng Blek yang penuh dengan cincau yang masih cair berjajar di   pabrik cingcau usaha turun - menurun dari keluarga sudah 10 tahun dan kini Dede sumantri (35 ) tahun yang meneruskan usaha keluarga nya, merk Cingcau indah berada di kampung Pasir ipis RT 15/4, Desa Situ daun, kecamatan Tenjolaya. Cairan hitam legam mengental serupa agar-agar itu akan dingin menjadi cincau seperti yang bisa ditemukan di pasaran.


Cairan hitam itu akan menjadi cincau dengan tekstur kenyal, lembut dan menyegarkan saat dicampur aneka buah, sirup dan es. Bahkan es cincau menjadi minuman ikon yang menyegarkan di kala berbuka puasa.



Hari ke 3 di bulan Ramadan, industri cincau Indah cingcau milik Dede sumantri pun mengalami pemurunan 50 persen tidak seperti Ramadan kemarin bisa mencapai 400/500 blek perhari sehingga permintaan berlipat-lipat. Industri rumahan yang mulai produksi 10 tahun, sekarang Dede nanya bisa memproduksi 200 blek setiap hari sejak awal bulan puasa.


Peningkatannya banyak sekali sejak awal puasa kemarin, sampai 200 blek per hari," ujar Dede sumantri, pemilik usaha cingcau indah di rumahnya. ( 5/4/2022).


Setiap blek dengan berat sekitar 20 kilogram dijual dengan harga Rp 50 ribu. Namun demikian, Dede sumantri tidak pernah menjual dengan sistem ditimbang, melainkan satuan blek.


Blek sendiri adalah kotak dari seng yang biasa digunakan sebagai tempat kerupuk. Dede secara turun temurun menggunakannya sebagai cetakan sekaligus satuan jual.


Sementara saat menjual eceran, cukup membagi-bagi berdasarnya besarannya yang menentukan harga. Tetapi memang harga eceran jatuhnya lebih mahal dibandingkan harga satu blek.


Cincau produksinya diambil oleh para pedagang. Kemudian dijual kembali di sejumlah pasar tradisional seperti pasar Leuwiliang, Pasar Ciampea, pasar Anyar, dan luar kota sampai sukabumi. 


" Pembelian bisa di antar lagsung kelokasi, bayar di tempat dan bagi pemesanan bisa di agar minimal 50 blek di antar sampai tujuan. 


Penurunan permintaan saat Ramadan sudah diprediksi karena bahan produksi naik di tahun ini sebelumnya oleh Dede sumantri karena memang terjadi setiap tahun. Ia pun di bantu 4 orang karyawan untuk mengejar jumlah produksi sehari 200 blek. " Katanya. 


Produksi dilakukan mulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB secara terus menerus. Bahkan tidak jarang karyawannya melanjutkannya hingga waktu saur dini hari.


"Karena butuh waktu panjang, merebusnya saja sekitar 4 jam, harus benar-benar lunak," katanya. ( Agil).  



 

No comments